Kamis, 22 Oktober 2015

SIM Bab 6



SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENJALANKAN PERDAGANGAN ELEKTRONIK ( e-commerce )




                                               







Di susun oleh :
1.      Darmawan Candra U  (1410108691)
2.      Zulkifli Prima A          (1410108781)
3.      Gali Pangestu P           (1410108815)
4.      Muhammad farid        (1410108945)
5.      Setyo Danang P          (1410109168)


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya
Tahun Ajaran 2014/2015






  1.1   PERDAGANGAN ELEKTRONIK ( E-COMMERCE )

Perdagangan elektronik, yang disebut juga e-commerce, adalah penggunaan jaringan komunikasi komputer untuk melaksanakan proses bisnis. Pandangan populer dari e-commerce adalah penggunaan internet dan komputer dengan browser Web untuk membeli dan menjual produk. Beberapa orang mendefinisikan perdagangan elektronik (e-commerce) dengan sempit.
Definisi sempit yang mereka berikan hanya meliputi transaksi-transaksi bisnis yang berhubungan dengan pelanggan dan pemasok, yang meghubungkan komputer mereka masing-masing melalui internet. Hal tersebut akan membatasi transaksi internal versus eksternal sebagai bisnis elektronik atau perdagangan elektronik tidak akan menawarkan banyak bantuan, karena kebanyakan orang menganggap bisnis elektronik dan perdagangan elektronik sebagai satu hal yang sama.
            Sedangkan definisi luas e-commerce, yaitu bahwa e-commerce dapat memfasilitasi operasi internal dan eksternal perusahaan. Dengan pandangan ini istilah bisnis elektronik dan perdagangan elektronik akan sama.
            Ada dua jenis e-commerce yang terjadi dengan entitas di luar batas perusahaan yaitu :
·    E-commerce bisnis-ke-konsumen (business-to-customer-B2C) yang mengacu pada transaksi-transaksi yang terjadi antara sebuah bisnis dan konsumen akhir produk. Contoh, dalam rantai distribusi dari produsan ke distributor ke toko eceran ke konsumen seluruh transaksi dari suatu entitas ke entitas yang lain sampai transaksi antara toko eceran dengan konsumen.
·                 E-commerce bisnis-ke-bisnis (business-to business- B2B) yang mengacu pada transaksi antarbisnis dimana tidak ada pihak yang menjadi konsumen akhir. Contoh, rantai distribusi dari produsan ke distributor ke toko eceran ke konsumen seluruh transaksi dari suatu entitas ke entitas yang lain.

Perusahaan melaksanakan e-commerce untuk dapat mencapai perbaikan organisasi secara  keseluruhan. Perbaikan-perbaikan ini diharapkan merupakan hasil dari tiga manfaat utama, yaitu :
a.  Perbaikan pelayanan pelanggan sebelum, selama, dan setelah penjualan.
b.  Perbaikan hubungan dengan pemasok dan komunitas keuangan.
c.   Peningkatan imbal hasil ekonomis atas pemegang saham dan investasi pemilik.

Diantara manfaat-manfaat yang diharapkan e-commerce juga mempunyai kendala-kendala yang dihadapi perusahaan, meliputi :
a. Biaya yang tinggi.
b. Kekhawatiran akan masalah keamanan.
c. Peranti lunak yang belum mapan atau belum tersedia.






   1.2  STRATEGI B2C UNTUK E-COMMERCE

Nilai uang e-commerce B2B membuat nilai uang e-commerce B2C terlihat begitu kecil. Ada 2 alasan penting mengapa memahami strategi bisnis untuk e-commerce B2C, yaitu :
a.  Semakin banyaknya jumlah produk dan jasa yang tersedia untuk pengiriman digital
b.   Semakin banyaknya pelanggan yang mampu mengatasi keengganan mereka untuk melakukan pembelian menggunakan Web.

Produk-produk Digital
Beberapa produk dan jasa tertentu dapat dikirimkan kepada pelanggan melalui internet. Dunia hiburan telah menjadi salah satu produk awal yang mengambil manfaat dari internat, misalnya lagu, film, album dan lain-lain. Produk-produk tersebut dapat dibeli dari situs-situs web dengan cara men-download. Pembeli produk digital menganggung biaya transaksi yang substansial dilihat dari segi biaya komputer, biaya koneksi online, media penyimpanan dan seterusnya.

Produk-produk Fisik
Barang-barang fisik tidak dapat dikonsumsi melalui Web; sebagai gantinya, harus dikirimkan ke pelanggan. Perusahaan-perusahaan yang disebut perusahaan “katalog” telah menghadapi masalah ini selama bertahun-tahun. Pesanan penjualan dapat diambil oleh Web, tapi pengiriman tetap harus dilakukan. Sebagian besar perusahaan jasa pengiriman populer menawarkan jasa yang melengkapi aktivitas B2C sebuah perusahaan. Dengan memberikan satu nomor pengiriman paket, pelanggan dapat menggunakan situs Web pengirim untuk melacak status kemajuan paket dari perusahaan sampai kedepan pintu rumah mereka. Dengan akses ke situs Web pengirim, pelanggan akan dapat memiliki lebih banyak informasi dan kendali atas pengiriman. Pelacakan secara online dapat membuat penjualan B2C menjadi lebih menarik.

Penjualan Maya Versus Campuran
Penjualan maya (virtual sales) adalah penjualan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang tidak mengoperasikan tempat berjualan fisik. Penjualan maya paling sering dipergunakan ketika perusahaan tidak dapat membangun sebuah tempat berjualan fisik yang layak secara ekonomis. Kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan yang menawarkan penjualan maya adalah sulit memberikan informasi produk yang dibutuhkan tanpa membingungkan pelanggan.
Penjualan campuran (hybrid sales) terjadi ketika perusahaan memiliki tempat berjualan secara fisik dan situs Web di mana pelanggan dapat membeli produk. Penjualan campuran terkadang disebut sebagai operasi brick-and kick. Kebanyakan perusahaan memiliki tempat berjualan karena biasanya hal tersebut dibutuhkan untuk rencana bisnisnya.

Pemerintahan Elektronik
Pemerintah juga dapat mengambil manfaat dari e-commerce. Satu contoh adalah Kantor Pajak Polk Country di Florida, menggunakan layanan online untuk melelang sertifikat pajak bumi dan bangunan pada tahun 2005. Sertifikat pajak adalah cara bagi pemerintah daerah untuk menagih pajak bumi dan bangunan yang belum dibayar. Mengapa hal ini penting ? karena pada umumnya hanya sedikit orang saja yang memahami sertifikat pajak sehiongga pelanggannya akan memberikan pendapatan yang sedikit kepada pemerintah.



 I.3  LANGKAH E-COMMERCE BERIKUTNYA

Langkah e-commerce berikutnya, adalah :
a.       Perdagangan Bergerak (Mobile Commerce)
hal ini perdagangan menggunakan telepon selular atau asisten digital pribadi (Personal Digital Assistant) untuk melakukan e-commerce nirkabel.
b.      Nirkabel Berkelas Bisnis Di Semua Tempat
Hotspot Internet Nirkabel cukup memadai untuk penggunaan web di sebua tempat, namun untuk Profesional Bisnis memeriksa emaik di tempat umum adalah suatu cara yang kurang memadai. Dalam hal ini komunikasi nirkabel yang kecepatannya cukup memadai melalui penyedia jasa komunikasi yang sama dengan telepon selular akan mungkin terciptanya komputasi nirkabel berkelas bisnis di semua tempat.


 I.4  KEBUTUHAN ORGANISASI AKAN KEAMANAN DAN PENGENDALIAN

Semua organisasi memiliki kebutuhan untuk menjaga agar sumber daya informasi mereka aman. Kalangan industri telah lama menyadari kebutuhan tersebut dari para kriminal komputer dan sekarang pemerintah telah mempertinggi tingkat keamanan sebagai salah satu cara untuk memerangi terorisme. Ketika organisasi-organisasi ini mengimplementasikan pengendalian keamanan, terdapat isu-isu utama yang harus diatasi, yaitu:
a.       Isu yang pertama adalah keamanan versus hak-hak pribadi. Tantangannya adalah bagaimana mengimplementasikan keamanan yang cukup serta alat-alat pengendalian yang tidak melanggar hak individu yang dijamin oleh konstitusi.
b.      Isu yang kedua adalah keamanan versusu ketersediaan. Isu ini amat menonjol dibandingkan dengan isu yang pertama. Isu – isu keamanan sulit untuk dikendalikan dan akan mendapatkan perhatian yang lebih tinggi dimasa mendatang.

KEAMANAN DAN INFORMASI

Keamanan informasi digunakan untuk mendeskripsikan perlindungan baik peralatan komputer dan non komputer, fasilitas, data dan informasi dari penyalahgunaan pihak-pihak yang tidak berwenang. Tujuan-tujuan keamanan informasi, adalah :
a.       Kerahasiaan, perusahaan berusaha untuk melindungi data dan informasinya dari pengungkapan kepada orang-orang yang tidak berwenang
b.       Ketersediaan, perusahaan menyediakan data dan informasi sedia bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dan yang memiliki wewenang untuk menggunakannya.
c.       Integritas, semua sistem informasi harusmemberikan representasi akurat atas sistem fisik yang direpresentasikan.






MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI

Manajemen keamanan informasi adalah manajemen untuk menjaga agar sumber daya informasi tetap aman dan menjaga perusahaan tersebut agar tetap aman setelah suatu bencana atau jebolnya sistem keamanan. Manajemen keamanan informasi terdiri dari empat tahap, yaitu :
a.       Mengidentifikasi ancaman yang dapat menyerang sumber daya informasi perusahaan.
b.      Mengidentifikasi resiko yang dapat disebabkan oleh ancaman-ancaman tersebut
c.       Menentukan kebijakan keamanan informasi
d.      Mengimplementasi pengendalian untuk mengatasi resiko-resiko tersebut.
Terdepat pilihan lain untuk merumuskan kebijakan keamanan informasi suatu perusahaan, yaitu dengan munculnya standart atau tolok ukur keamanan informasi. Tolok ukur keamanan informasi adalah tingkat keamanan yang disarankan dalam keadaan normal harus menawarkan perlindungan yang cukup terhadap gangguan yang tidak terotorisasi.

    1.5 ANCAMAN DAN RESIKO

ANCAMAN
Ancaman keamanan informasi adalah orang, organisasi, mekanisme atau peristiwa yang memiliki potensi untuk membahayakan sumber daya informasi perusahaan. Ancaman dibedakan menjadi 2, yaitu :
a.       Ancaman Internal
Ancaman internal meliputi bukan hanya keryawan perusahaan tetapi juga pekerja temporer, konsultan, kontraktor dan bahkan mitra bisnis perusahaan tersebut. Survei yang dilakukan oleh Computer Security Intitute menemukan bahwa 49% responden insiden keamanan disebabkan oleh pengguna yang sah (intern). Ancaman internal diperkirakan menghasilkan  kerusakan secara potensial lebih serius dibandingkan ancaman eksternal, karena pengetahuan ancaman internal lebih mendalam akan sistem tersebut.
b.      Tindakan Kecelakaan dan Sengaja
Tidak semua ancaman merupakan tindakan sengaja yang bertujuan mencelakai. Beberapa diantaranya merupakan kecelakaan yang disebabkan oleh orang-orang di dalam ataupun di luar perusahaan.

RESIKO
Resiko keamanan informasi didefinisikan sebagai potensi output yang tidak diharapkan dan pelanggan keamanan informasi oleh ancaman keamanan informasi. Resiko-resiko ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
a.       Pengungkapan informasi yang tidak terotorisasi dan pencurian.
b.       Penggunaan yang tidak terotorisasi.
c.       Penghancuran yang tidak torotorisasi dan penolakkan layanan.
d.      Modifikasi yang tidak terotorisasi.








 1.6 PERSOALAN E-COMMERCE

Persoalan yang dimaksud dsini bukanlah perlindungan data, informasi dan peranti lunak tetapi perlindungan dari pemalsuan kartu kredit yang  terjadi 12 kali lebih sering terjadi untuk para peritel e-commerce (berdasarkan Survei Gartner Group). Untuk mengatasi masalah-masalah ini perusahaan-perusahaan kartu kredit telah mengimplementasikan program khusus untuk keamanan kartu kredit e-commerce, yaitu :
a.   Kartu kredit sekali pakai
b.   Praktik keamanan yang diwajibkan oleh Visa.

1.7 MANAJEMEN RESIKO

Resiko yang dikelola dengan cara mengendalikan atau menghilangkan resiko atau mengurangi dampaknya. Pendefinisian resiko terdiri atas empat langkah, yaitu :
a.       Identifikasi aset-aset bisnis yang harus dilindungi dari resiko.
b.       Menyadari resikonya.
c.       Menentukan tingkatan dampak pada perusahaan jika resiko benar-benar terjadi.
d.      Menganalisis kelemahan perusahaan tersebut.

Setelah menganalisis resiko diselesaikan, hasil temuan sebaiknya didokumentasikan dalam laporan analisis resiko. Isi dari laporan ini sebaiknya mencakup informasi sebagai berikut :
a.       Deskripsi resiko
b.       Sumber resiko
c.       Tingginya tingkat resiko
d.      Pengendalian yang diterapkan pada resiko tersebut.
e.       (para) pemilik resiko tersebut.
f.       Tindakan yang direkomendasikan untuk mengatasai resiko
g.      Jangka waktu yang direkomendasikan untuk mengatasi resiko
h.      Apa yang telah dilaksanakan untuk mengatasi resiko.




1.8 PENGENDALIAN

Pengendalian yang diterapkan baik untuk melindungi perusahaan dari resiko atau untuk meminimalkan dampak resiko tersebut pada perusahaan jika resiko tersebut terjadi. Pengendalian dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.       Pengendalian teknis yaitu pengendalian yang menjadi satu di dalam sistem dan dibuat oleh para penyusun sistem selama masa siklus penyususnan sistem.
b.      Pengendalian formal, mencakup penentuan cara berperilaku, dokumentasi prosedur dan praktik yang diharapkan dan pengawasan serta pencegahan perilaku yang berbeda dari panduan yang berlaku.
c.       Pengendalian informal, mencakup program-program pelatihan dan edukasi serta program pembangunan manajemen.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar